star [stɑː] n/stars (plural noun) a fixed luminous point in the night sky which is a large, remote incandescent body like the sun.
“Some stars shine brighter when they meet the observer they were waiting for.” -Anonymous
Aku setuju dengan kutipan itu. Entah bintangnya yang bersinar lebih terang ketika diamati oleh pengamat yang ia tunggu atau sebaliknya, dimata pengamat itu si bintang yang satu ini sangat spesial sehingga tampak lebih terang dari bintang yang lain.
Bintang adalah benda langit favoritku. Semua hal yang aku sukai tanpa sadar aku kaitkan dengan bintang. Aku sempat tersesat dan mempelajari ilmu Astronomi karena kesukaanku dengan bintang dan benda langit lainnya. Tapi aku tidak menyesal, malah harus kuakui bahwa aku menikmati momen tersesat itu karena dari sanalah aku menemukan bintang yang ingin kuamati.
Bintangku salah satu yang bersinar paling terang. Tentram, satu hal yang kurasakan saat melihatnya. Dari sinarnya dapat kurasakan hangat yang membawa nyaman dan mendatangkan rasa aman. Apalagi setelah kutahu, dia bersinar lebih terang untukku.
Aku tahu, akan ada kalanya dimana dia tak lagi bersinar untukku. Atau lebih buruk, hilang sudah nyalanya di angkasa. Entah seperti apa rasanya ketika kutatap langit yang sudah tak dihiasi oleh hadirnya. Tapi aku sadar, bukan hanya aku yang menikmati pijarnya.
Hey! Bolehkah aku bercerita sedikit tentang seseorang?
Karena dia sangat istimewa bagiku. Di mataku, hingga saat ini, dialah bintang yang bersinar paling terang.
Dia membuatku menyadari indah pijarnya setelah 17 tahun bersinar. Awalnya akupun ragu, apa istimewanya yang satu ini?. Tapi perlahan hadirnya membawa secercah cahaya hangat. Seberkas cahaya yang sama, yang membuatku merasa tenang ketika terangnya tampak.
Dia mencipta aman bagiku. Seolah berkata “ada aku loh disini, kamu tidak akan kesepian, kamu juga tidak sendirian. Jadi, jangan takut ya!”. Dia tidak mengatakan itu secara langsung, tapi dengan sikap dan tindakannya. Semua perbuatan yang pada akhirnya membuatku sadar bahwa dia bersinar hanya untukku. Yang dia ingin adalah agar mataku menatap hanya padanya. Menjadikannya objek paling istimewa untuk kuamati.
Ingat! ini bukan lagi tentang bintang yang menghiasi langit malam.
Dia menjagaku dari rasa lelah. Mengajakku turun dari bis yang ramai sesegera mungkin ketika tatapnya mendapatiku berdiri berdesakkan dengan penumpang lain. “Kenapa?” Tanyaku, “Sini, istirahat dulu sambil nunggu bis berikutnya. Yang tadi penuh banget. Dari awal kamu ga kebagian duduk malahan berdiri berdesakkan. Emang ga capek? Bawa minum ga? Nih, minum dari botolku kalau ga bawa.” Jawabnya.
Dia jauh lebih sibuk dariku, tapi dalam sibuknya selalu sempat ia ingatkan aku untuk beristirahat dan menjaga kesehatan. “Udah istirahat dulu aja ya, sisanya biar aku yang lanjutin. Makan terus tidur, jangan mikirin yang lain dulu.” Salah satu perintahnya ketika kami sedang terlibat dalam suatu acara besar yang diadakan di sekolah. Terlepas dari itu, sudah tak terhitung berapa kali kalimat “Jangan lupa istirahat!” Menghiasi room-chat kami.
Dia selalu menungguku dengan sabar, sampai akupun merasa heran mengapa ia bisa menunggu selama itu. Aku tahu dia selalu menungguku untuk pulang bersama. Kalau kami terlanjur terpisah kendaraan, dia akan menungguku di halte transit yang teramat ramai. Berdiri. Bersabar. Melempar pandang ke arah setiap pintu bis yang tiba seraya mencari bayangku. Tapi aku tidak tahu bahwa setelah suratku, surat yang kutulis dengan perasaan campur aduk di akhir bulan maret setahun lalu, dia masih menungguku dengan perasaan yang sama yang ia utarakan. Rasa yang bersarang di hatinya selama hampir 3 tahun lamanya, dan selama itu pula ia bersabar menungguku agar perasaannya terbalas.
Dia selalu mengistimewakanku pada setiap kesempatan. Mulai dari duduk didekatku sambil menyanyikan lagu romantis, menyuratiku, memberi coklat dan bunga di hari spesial hingga menjadikan aku tokoh utama di setiap drama yang naskahnya ia ciptakan untuk persembahan kelas. Ia juga seringkali mengirimi postingan instagram yang menggemaskan tanpa tujuan yang jelas. Sebenarnya jelas, tujuannya hanya untuk membuatku tersenyum.
Dia bukan yang paling sering menghiburku dikala sedih, tapi caranya adalah yang paling istimewa. Paling berbeda dari yang lain. Paling efektif mengusir sedihku. Dia selalu meyakinkanku bahwa aku tidak pernah sendirian. Aku selalu dicintai.
Tulisan ini menjadi salah satu caraku merayakan hadirmu.
Jakarta, 17 Desember 2023